Gunung Gede Pangrango salah satu gunung yang menyajikan pemandangan menawan di Jawa Barat. Keindahan alam yang masih asri, pesona air terjun, sumber air panas dan alun-alun surya kencana yang dihiasi edelweiss.
Harga Tiket: Rp 17.500, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Jl. Kebun Raya Cibodas, Cimacan, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur, Jawa Barat; Map: Cek Lokasi |
Bagi para pecinta alam, gunung menjadi salah satu destinasi wisata yang paling menarik untuk dikunjungi di Cianjur. Bahkan Anda tidak bisa mengaku sebagai pecinta alam, apabila belum pernah menjelajah ke gunung. Salah satu gunung yang bisa Anda taklukkan untuk liburan berikutnya yaitu Gunung Gede Pangrango yang termasuk ke dalam taman nasional.
➤ Cek Tiket Little Venice Kota Bunga Cianjur
Sejarah dan Legenda Gunung Gede Pangrango

Menurut sejarahnya, Gunung Gede ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980 an melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian. Wisata yang saat ini memiliki nama lengkap Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau kerap disingkat TNGGP, merupakan salah satu dari lima taman nasional pertama yang ada di Indonesia.
Kendati demikian, sejarah awal konservasi yang ada di kawasan taman nasional tersebut hanya sedikit diketahui. Dimulai dari diperkenalkannya tanaman teh sebagai tanaman perkebunan di daerah tersebut, memberikan dampak nyata pada kawasan Gunung Gede. Teh varietas Jepang kala itu ditanam sejak tahun 1728.
Perkebunan tehnya terbentang dari Ciawi hingga daerah Cikopo pada tahun 1835. Kemudian pada tahun 1878, diperkenalkan lagi teh assam yang mampu berkembang dan tumbuh dengan sangat baik. Sehingga kondisi lingkungan maupun perekonomian yang ada di perkampungan lereng pegunungan sedikit demi sedikit mengalami perubahan.
Kegiatan konservasi pun terus dilakukan bersama dengan berbagai penelitian sejak tahun 1830 an, hal ini terbukti dari terbentuknya kebun raya kecil yang berada tidak jauh dari Istana Gubernur Jenderal Kolonial Belanda yang ada di daerah Cipanas. Kebun raya yang mulanya kecil ini selanjutnya diperluas menjadi Kebun Raya Cibodas.
Melihat hal tersebut, pemerintah kolonial Belanda semakin antusias dalam meningkatkan tanaman tanaman penting yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal ini memancing keinginan para botanis lokal yang kemudian melakukan banyak penelitian dan percobaan pertanian, di daerah dataran tinggi tersebut.
Hingga pada sekitar abad ke-19, Cibodas menjadi salah satu daerah lokal yang menyimpan koleksi tumbuhan saat itu. Dan pada tahun 1889, area hutan di antara Kebun Raya Cibodas dan juga Air Panas pada akhirnya ditetapkan menjadi sebuah Cagar Alam. Lalu di tahun 1978, kawasan dengan luas 14.000 hektar dengan dua puncak utama ini ditetapkan menjadi Cagar Alam Biosfer Gunung Gede.
Lalu pada tahun 1980, seluruh kawasan yang terpisah pisah ini pada akhirnya digabung menjadi satu dan ditetapkan sebagai TN Gunung Gede Pangrango. Pada kurun waktu 150 tahun, Gunung Gede yang ada di taman nasional ini tercatat sudah meletus hingga 24 kali dengan siklus yang terbilang tidak teratur.
Letusan pertama dari Gunung Gede sendiri terjadi sekitar tahun 1947/1948, yang menyebabkan dua aliran lava bergerak dari arah Kawah Lanang. Aliran lava ini bahkan mengalir hingga sejauh dua km dan membentuk jalur sumber air panas. Hingga saat ini, sumber air panas tersebut masih bisa dinikmati di Gunung Gede.
Seratus tahun setelah terjadinya ledakan pertama tersebut, ledakan kedua terjadi pada tahun 1840 yang diiringi dengan guncangan dahsyat. Semburan api setinggi 50 meter pun terbentuk di atas kawah. Bahkan di tahun tersebut, ledakan susulan kembali terjadi yang mana Gunung Gede Pangrango menyemburkan api sekaligus batu yang disertai dengan hujan abu setinggi 200 meter.
Dibarengi dengan sejarahnya tersebut, ada pula legenda yang ikut tumbuh di masyarakat setempat mengenai gunung yang cantik ini. Dimana pada kawasan wisata tersebut, terdapat satu tempat yang dijadikan sebagai area sakral oleh penduduk sekitar. Area ini dikenal dengan nama Alun Alun Suryakencana.
Dataran luas yang mempunyai ketinggian sekitar 2.750 mdpl ini mempunyai kisah. Konon pangeran Suryakencana dulunya menyepi di Gunung Gede Pangrango bersama dengan keluarganya. Bahkan area ini juga diyakini memiliki jejak sejarah dari peninggalan pangeran Suryakencana. Selain itu, di sini juga menjadi saksi bisu atas perjuangan yang dilakukan Prabu Siliwangi.
➤ Periksa Tiket Taman Bunga Nusantara Cianjur
Prabu Siliwangi yang menghadapi kerajaan Islam kala itu juga menjadikan Alun Alun Suryakencana sebagai tempat persembunyiannya. Tidak heran jika kawasan Gunung Gede ini sudah lama terkenal di dalam dongeng dan legenda tanah Sunda. Pada naskah perjalanan Bujangga Manik sekitaran abad 13, juga sempat menyebutkan tempat bernama Puncak dan Bukit Ageung.
Puncak dan Bukit Ageung itu diyakini sebagai Gunung Gede, dimana dalam naskah disebut sebagai hulu wano na Pakuan atau tempat tertinggi yang ada di Pakuan. Sepertinya pada saat itu telah terdapat jalan kuno antara Bogor (Pakuan) dengan daerah Cianjur, yaitu melintasi lereng utara dari Gunung Gede yang berada di sekitar daerah Cipanas sekarang.
Daya Tarik Wisata Gunung Gede Pangrango

Terlepas dari sejarah dan legenda yang ikut tumbuh di tengah masyarakat terkait dengan Gunung Gede, kawasan objek wisata ini memang memiliki daya tarik yang begitu memukau. Kekayaan alamnya begitu melimpah, hingga membuat banyak ahli dan peneliti merasa tertarik untuk mengeksplorasi kawasan Gunung Gede Pangrango.
Taman nasional ini paling utama dikenal akan kekayaan flora hutan yang dimilikinya. Di seluruh daerah cagar alam Cibodas hingga Gunung Gede, yang saat ini semuanya termasuk sebagai bagian dari taman nasional, tercatat tidak kurang memiliki sekitar 870 spesies tumbuhan berbunga dan juga 150 spesies tumbuhan paku pakuan.
Selain itu, ditemukan pula jenis jenis anggrek yang tercatat berjumlah hingga 200 spesies di dalam taman nasional. Tidak ketinggalan pula spesies tumbuhan pegunungan yang langka dan keberadaannya diketahui hanya terdapat di satu gunung di Jawa, juga ditemukan sekitar 68 spesies di seluruh taman nasional ini.
Salah satu jenis yang begitu populer di kalangan pada pecinta alam dan pendaki gunung di sini yaitu jenis edelweiss jawa, atau yang memiliki nama latin Anaphalis Javanica. Tanaman jenis tersebut ditemukan tumbuh melimpah pada Alun Alun Suryakencana. Tidak heran jika Anaphalis Javanica dijadikan sebagai maskot dari taman nasional ini.
Tentunya Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tidak hanya kaya akan flora saja. Kekayaan jenis hewannya juga terbilang cukup tinggi, terutama pada zona hutan pegunungan bawah. Beberapa jenis yang ditemukan terhitung langka dan terancam punah di antaranya yaitu owa jawa, lutung surili, anjing ajag, dan macan tutul yang termasuk sebagai fauna endemik.
Beberapa jenis burung seperti serak bukit phodilus badius, elang jawa, celepuk jawa otus angelinae, cabak gunung caprimulgus pulchellus, pelatuk kundang reinwardtipicus validus, dan beberapa spesies lain juga turut ditemukan di sini. Pun dengan hewan hewan lain layaknya tupai akar, tikus babi, dan lutung budeng juga ada.
Di samping flora dan faunanya yang begitu melimpah, dalam taman nasional ini juga menyuguhkan keindahan alam yang begitu mempesona. Ditambah dengan ditemukannya sejumlah objek menarik yang bisa dijadikan sebagai kunjungan wisata di taman nasional ini. Dijamin Anda bisa melepas penat dari berbagai aktivitas sehari hari, saat berkunjung ke Gunung Gede.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi Gunung Gede Pangrango

Terdapat tiga rute atau jalur pendakian resmi yang bisa Anda tempuh untuk menuju Gunung Gede Pangrango. Yang mana ketiga jalur ini terletak di Jawa Barat dalam wilayah administrasi yang berbeda antara satu sama lain, yaitu dari Cibodas, Gunung Putri, dan juga Selabintana. Oleh karena itu, Anda perlu tahu bagaimana cara menuju ke pintu masuk pendakian tersebut.
1. Pintu Masuk Cibodas
Pintu masuk Gunung Gede yang melalui jalur pendakian Cibodas terletak kurang lebih 100 kilometer dari arah kota Jakarta. Anda bisa menggunakan tol Jagorawi, kemudian keluar dari arah tol Ciawi apabila menempuh perjalanan darat. Nantinya setelah tiba di pertigaan Ciawi, ambil jurusan dari Puncak ke Bandung.
Setelah melewati outlet DSE, ambil belokan ke kanan pada pertigaan Paragajen. Di sini Anda akan melihat papan nama dari TN Gunung Gede Pangrango, yang letaknya ada di sebelah kiri. Ikuti terus jalan sepanjang 3 kilometer tersebut hingga portal pintu gerbang wisata Cibodas. Tidak jauh dari portal, Anda akan menemukan kantor taman nasional yang letaknya di sebelah kanan jalan.
Selain menggunakan kendaraan pribadi melewati tol, Anda juga dapat memanfaatkan kendaraan umum seperti bus kota untuk menuju ke pintu masuk Cibodas. Bus yang digunakan yaitu jurusan Jakarta – Bandung, kemudian Bogor – Bandung yang melewati daerah Puncak. Nantinya Anda perlu turun di pertigaan Cibodas yang dekat papan nama taman nasional.
Dari arah pertigaan ini, naik angkutan kota dengan jurusan Cibodas Rarahan yang akan mengantarkan Anda hingga di depan gerbang taman nasional ini. Selain naik angkutan kota, dari sini Anda juga bisa naik ojek motor untuk menuju ke pintu gerbang apabila ingin perjalanan yang jauh lebih cepat.
2. Pintu Masuk Gunung Putri
Apabila Anda memilih untuk mendaki gunung melalui pintu masuk Gunung Putri, maka jarak tempuhnya jika dari Jakarta terbilang lebih jauh. Karena dari arah Cibodas saja, pintu masuk Gunung Putri berjarak sekitar 15 kilometer. Namun jika Anda berangkat dari daerah Cipanas, maka jaraknya akan jauh lebih pendek, yakni sekitar 7 kilometer.
Dari Cipanas, Anda perlu berangkat dari terminal menggunakan angkutan umum ke Gunung Putri. Dengan jarak sekitar 7 kilometer, setidaknya Anda akan memakan waktu kurang lebih 30 menit selama perjalanan. Tarif angkutan umumnya sendiri terbilang cukup murah meriah, hanya sekitar Rp. 5.000 saja untuk tarif normal.
3. Pintu Masuk Selabintana
Jalur pendakian yang ketiga yaitu dari arah pintu masuk Selabintana yang letaknya berada di wilayah administratif Sukabumi, Jawa Barat. Jaraknya dari arah pusat kota Sukabumi sendiri sekitar 10 kilometer, atau kurang lebih membutuhkan 30 menit perjalanan. Pintu masuknya ada di Pondok Halimun yang ada di Cipelang.
Jadi sepanjang perjalanan menuju ke pintu pendakian, Anda akan disuguhi kebun sayur dan perkebunan teh di kanan kiri yang akan memanjakan mata. Apabila Anda menggunakan transportasi publik, maka bisa menggunakan bus Sukabumi dan nantinya turun tepat di Alun Alun lalu dilanjutkan naik angkutan umum ke Selabintana.
Jalur pendakian Selabintana terbilang sebagai jalur terpanjang yang ada di sini, jauh lebih panjang dibandingkan jalur pendakian Gunung Putri dan Cibodas. Jalurnya pun tidak hanya panjang, namun juga sangat menawan. Kendati demikian, jalur pendakian Selabintana memiliki medan yang cukup menantang sehingga tidak disarankan apabila Anda belum begitu paham jalurnya.
Harga Tiket Pendakian Gunung Gede Pangrango
Untuk warga negara Indonesia yang ingin berkunjung dan menjelajah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, harga tiket masuknya terbilang sangat murah. Terlebih di dalam taman nasional ini juga memiliki banyak objek wisata lain di dalamnya yang bisa dikunjungi. Sehingga Anda tidak hanya dapat menikmati pendakian saja.
Harga tiket masuknya yaitu sekitar Rp. 17.500 untuk pendakian hari biasa pelajar, sementara untuk pelajar pada akhir pekan atau hari libur dikenai tarif Rp. 20.500. Kemudian untuk WNI pada hari kerja perlu membayar Rp. 29.000 dan Rp. 34.000 untuk hari libur. Sedangkan WNA dikenakan tarif Rp. 320.000 pada hari kerja dan Rp. 470.000 pada hari libur.
Tarif tiket masuk berlaku untuk per kepala dan sudah termasuk asuransi pendakian 2 hari 1 malam. Tiket masuknya bisa langsung dibooking online pada website resmi Gunung Gede Pangrango, di sana Anda juga dapat mengetahui harga tiketnya yang tepat. Karena tarif mungkin dapat berubah sewaktu waktu tergantung kondisi.
Jam operasional dari objek wisata alam ini sendiri tidak memiliki batasan waktu. Namun para pendaki biasanya memilih untuk berangkat malam atau sore hari. Sehingga nantinya mereka bisa tiba di puncak gunung ketika matahari terbit untuk menikmati momen momen sunrise.
Objek Wisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

1. Situ Gunung Suspension Bridge
Situ Gunung Suspension Bridge atau Jembatan Gantung Situ Gunung berada di wilayah administratif Kabupaten Sukabumi. Jembatan ini mempunyai panjang sekitar 243 meter, dan disebut sebut sebagai jembatang gantung terpanjang yang ada di Asia Tenggara. Tidak heran jika bagian dari TNGGP ini mampu menarik banyak wisatawan.
2. Curug Sawer
Curug Sawer juga berada di wilayah administratif Kabupaten Sukabumi. Letaknya sangat dekat dengan Jembatan Gantung Situ Gunung. Bahkan Anda perlu menggunakan jembatan tersebut untuk menuju ke Curug Sawer. Curug ini sendiri mempunyai ketinggian mencapai 35 meter dengan samping kanan kirinya yang dihiasi tebing tinggi.
3. Curug Cibeureum
Tidak hanya Curug Sawer, di Kabupaten Sukabumi, Anda juga dapat menemukan curug lainnya yaitu Curug Cibeureum. Anda bisa menemukan curug satu ini tepatnya di daerah Resort Selabintana. Untuk mencapai curug, hanya perlu menyusuri jalan setapak dari arah pintu masuk. Jaraknya hanya sekitar 3 kilometer saja atau membutuhkan waktu 1,5 jam perjalanan.
4. Curug Cibeureum Cianjur
Dengan nama yang sama, kembaran Curug Cibeureum dari Sukabumi dapat Anda temukan di Kabupaten Cianjur. Tentunya curug satu ini menawarkan pemandangan yang berbeda dari kembarannya. Salah satu keunikan di sini adalah pemandangan air terjun yang dipenuhi oleh lumut berwarna kemerahan. Sehingga aliran air dari curug seolah terlihat kemerahan merahan juga.
5. Curug Cikaracak
Curug yang menjadi bagian dari TN Gunung Gede Pangrango tidak hanya berada di wilayah administratif Kabupaten Sukabumi saja. Di daerah Kabupaten Bogor juga bisa ditemukan curug yang menjadi bagian dari taman nasional tersebut, yaitu Curug Cikaracak. Lokasinya yang diapit oleh dua tebing memberikan pemandangan rupawan nan menawan yang memanjakan mata.
Selain memiliki banyak objek wisata di dalamnya yang dapat dikunjungi, tentu beragam aktivitas seru seperti trekking, outbound, berkemah, sampai mengikuti polisi kehutanan melakukan patroli juga dapat dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini. Jadi, sudah siap mendaki Gunung Gede di liburan berikutnya?