Harga Tiket: Rp 5.000, Jam Operasional: 05.00-17.00 WIB, Alamat: Saninten, Kec. Kaduhejo, Kab. Pandeglang, Banten; Map: Cek Lokasi |
Indonesia memang dipenuhi dengan banyak gunung, baik yang aktif maupun yang sudah tidak aktif lagi. Banyaknya gunung ini tentunya disambut dengan baik oleh para pecinta alam, yang menjelajah dari satu gunung ke gunung lainnya. Bila Anda salah satunya, maka tidak boleh melewatkan bertandang ke Gunung Karang di Pandeglang yang juga sering digunakan sebagai lokasi ziarah dan termasuk gunung tertinggi di Provinsi Banten.
➤ One Day Trip Pulau Oar Pandeglang
Sekilas Tentang Gunung Karang

Gunung yang berada di Kabupaten Pandeglang, Banten, ini merupakan sebuah gunung berapi kerucut (istirahat). Gunung yang mempunyai ketinggian sekitar 1.778 mdpl ini memang tidak memiliki sejarah letusan, namun data arkeologis memasukkannya ke dalam kelompok gunung stratovolcano. Sebab gunung tersebut masih mempunyai potensi meletus.
Oleh sebab itu, gunung satu ini banyak dijadikan sebagai destinasi bagi para wisatawan. Namun kebanyakan orang yang datang ternyata tidak dengan maksud berlibur, melainkan untuk berziarah. Jadi tidak heran apabila wisata gunung ini lebih banyak dipenuhi pengunjung pada bulan bulan Rabiul Awal, tepatnya ketika maulid nabi.
Biasanya, orang yang berziarah ke Gunung Karang datang ke petilasan Jaya Raksa, selaku sesepuh kerajaan Banten. Yang mana letak dari petilasan ini berada di Desa Kaduengang, tepatnya di kaki gunung di kawasan Pandeglang tersebut. Tentunya tidak hanya petilasan, pengunjung juga dapat menikmati berbagai objek wisata di gunung satu ini.
Daya Tarik yang Dimiliki Gunung Karang

1. Kampung Pasir Angin
Ada yang unik dari Kampung Pasir Angin, yang terletak di kaki gunung. Jika umumnya rumah rumah penduduk di kaki gunung memiliki jarak yang cukup antara satu rumah dengan rumah lainnya, maka sedikit berbeda apabila dilihat di Kampung Pasir Angin. Seperti di kota, kampung ini mempunyai rumah saling berjejer padat tak beraturan.
Rumah rumah warga ini berderet deret sepanjang kurang lebih 3 kilometer, sampai area masjid kuno. Jaraknya yang begitu rapat, membuat mobil pun tidak bisa lewat di Kampung Pasir Angin ini. Bahkan bila berbicara perihal menikah, warga kampungnya sendiri acap kali menikah dengan tetangga sendiri.
Usut punya usut, para leluhur warga dari Kampung Pasir Angin dulunya memasukkan hewan kecil semacam belalang ke dalam botol saat membuka kampung. Karena pada zaman dulu, nenek moyang mengetes tanah di suatu tempat dengan belalang di dalam botol. Dan hanya tanah yang ada di Kampung Pasir Angin inilah satu satunya yang membuat belalang di dalam botol tidak mati.
Itu berarti daerah Kampung Pasir Angin sangat aman dan nyaman untuk ditinggali. Bahkan konon sejak dulu, di kampung ini sangat jarang terkena musibah maupun penyakit. Oleh sebab itu, warga Kampung Pasir Angin tidak ingin pindah ke kota. Meskipun kampung ini sendiri terbilang jauh dari pasar dan lain sebagainya.
2. Masjid Tua
Di kaki Gunung Karang, pengunjung bisa menemukan masjid tua yang berada dekat dengan Kampung Pasir Angin. Masjid tua ini mempunyai ciri khas panggung yang begitu sederhana, dengan bahan kayu nangka alih alih kayu jati atau kelapa. Uniknya, kayu nangka tersebut masih sangat kokoh dan awet meskipun sudah berumur ratusan tahun.
Bahkan kayu dari masjid tua di kaki gunung ini tidak sekalipun tersentuh oleh semut atau rayap. Selain digunakan sebagai sarana ibadah bagi warga, masjid tua di kampung ini juga acap kali digunakan oleh orang luar yang berkunjung dan ingin melakukan tirakat. Biasanya bahkan ada para pejabat yang ingin naik pangkat atau mengaku terkena santet yang datang ke sini.
Dan menurut penuturan warga, memang banyak sekali kejadian aneh seputar masjid tua bernama Baitul Arsy ini. Mereka yang datang untuk tirakat pun tidak seperti mendatangi dukun atau paranormal. Melainkan hanya mandi di air keramat dan sholat atau wiridan di masjid saja. Bahkan tidak ada pembimbing dan tidak perlu mengeluarkan biaya seperti memberi amplop dan lainnya.
Sampai sekarang, masjid tua ini hanya pernah direhab halaman mukanya saja. Sementara pugaran masjid utama yang bercorak kayu benar benar tidak ada perubahan. Sebab pada tahun 2010 silam, sebenarnya Baitul Arsy rencananya akan dipugar. Namun rencana ini ternyata ditentang oleh para kiai sepuh yang ada di Pandeglang.
➤ Tiket Masuk Peak To Peak Indoor Climbing Serpong
Terutama Abuya Dimyathi Cidahu, yang mana beliau telah tersohor kewaliannya. Karena meskipun Abuya tinggal jauh dari Desa Pasir Angin, namun konon di masa mudanya beliau sering kali tirakat ke puncak Gunung Karang. Maka dari itu, warga setempat pun tidak berani menentang perintah tersebut. Akhirnya hingga kini Baitul Arsy masih berdiri tanpa perubahan.
3. Riwayat Syekh Ageng Karan
Syekh Ageng Karan merupakan salah satu pendiri pesantren tertua di Indonesia. Dan menurut penuturan Gus Dur, di atas puncak gunung ini terdapat pesantren tua yang didirikan oleh syekh tersebut. Namun tidak pernah ada yang tahu kapan beliau mendirikan pesantren tersebut. Banyak yang berspekulasi bahwa pesantren ini didirikan pada abad ke 17 masehi.
Makam Syekh Ageng Karan sendiri bisa ditemukan tidak jauh dari kawasan ini. Tepatnya di Desa Simpeureum, atau sejauh kurang lebih 2 kilometer dari arah masjid tua Baitul Arsy. Makam inilah yang biasanya didatangi oleh para wisatawan untuk berziarah. Di samping berwisata religi, Anda juga dapat sekaligus menikmati keindahan alam setempat.
4. Sumur Tujuh
Sumur Tujuh yang berada di puncak Gunung Karang, merupakan tempat yang paling sering dijadikan sebagai tujuan mendaki oleh para wisatawan. Sejarah sumur ini sendiri sangat berkaitan erat dengan Sultan Maulana Hasanuddin, yang merupakan pendiri kerajaan Banten. Konon, sumur Tujuh ini dibuat oleh sultan tersebut ketika ditantang beradu kesaktian dengan Raja Pucuk Umun.
Pertarungan sengit yang kala itu terjadi di puncak gunung, membuat Sultan Maulana Hasanudin kehausan. Sehingga membuatnya bermunajat pada Allah, untuk memohon air minum. Atas izin Allah SWT, Sultan Maulana Hasanudin kemudian menancapkan tongkatnya ke tanah. Seketika air kemudian keluar dari tanah tersebut, yang kemudian diberi nama Sumur Tujuh (7).
Dengan asal usul Sumur Tujuh ini, tidak heran jika banyak peziarah yang sekaligus datang ke sini saat berkunjung ke Gunung Karang. Tujuannya adalah untuk memohon keberkahan pada Allah SWT. Apabila air sumur sedang banyak, para peziarah bisa menggunakannya untuk mandi, bahkan membawanya pulang ke rumah.
Nama Sumur Tujuh sendiri diberikan karena sumur tersebut mempunyai 7 sumber mata air di dalamnya. Sayangnya, banyaknya pengunjung yang datang dan berebutan mandi dengan airnya, yang membuat sumur tujuh ini tidak terlihat 7 lagi. Sehingga keadaannya saat ini sudah berubah dari aslinya, sebab telah terjamah oleh ribuan orang.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi Gunung Karang

Secara administratif, Gunung Karang berada di dua wilayah yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Jika berangkat dari Jakarta, ada banyak sekali pilihan transportasi umum yang dapat Anda gunakan untuk mencapai lokasi. Mulai dari menggunakan kereta api, bus, maupun angkutan umum atau angkot.
1. Via Kereta Api
Bila menggunakan moda transportasi kereta api, Anda bisa naik dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Rangkas Bitung. Setelah turun di Stasiun Rangkas Bitung, Anda bisa melanjutkan perjalanan menggunakan angkot biru dengan tujuan Pandeglang Banten, lalu turun di Pasar Pandeglang. Dari sini, Anda bisa naik ojek ke pertigaan Juhut, kemudian dari Juhut menuju Kaduengang.
2. Via Bus
Selain kereta api, Anda juga bisa menggunakan bus untuk mencapai lokasi gunung satu ini. Yaitu dengan menaiki bus tujuan Kali Deres-Labuan, yang biasanya memiliki warna dominan merah atau putih pada bus Murni atau berwarna dominan biru pada bus Asli prima. Nantinya Anda bisa turun di Pasar Cadasari, yang patokannya adalah patung badak.
Dari Pasar Cadasari, Anda bisa melanjutkan perjalanan menggunakan ojek melalui Kampung Pasir Angin. Selain itu turun di Pasar Cadasari, Anda yang memilih naik bus juga dapat turun di Pertigaan Cigadung yang terdapat tugu Asmaul Husna. Nantinya dari sini bisa naik ojek melalui Kampung Juhut ke Kaduengang.
Jalur Pendakian Gunung Karang

Jalur pendakian Gunung Karang yang bisa dilewati oleh para wisatawan setidaknya terdapat 2 jalur, yaitu melewati Desa Kaduengang dan melewati Jalur Pagerwatu atau Ciekek. Namun apabila kedatangan Anda ke gunung ini adalah dalam rangka ziarah, maka ada jalur alternatif lain yang bisa dilalui yaitu Jalur Curug Nangka atau Ciomas.
1. Jalur Desa Kaduengang
Jalur pendakian melewati desa Kaduengang disebut juga jalur barat, dan menjadi salah satu jalur favorit bagi para pendaki. Pasalnya jalur ini mempunyai trek yang lebih pendek untuk menuju ke puncak. Meski treknya lebih pendek, namun Anda perlu berhati hati saat melewati jalur satu ini, sebab treknya pun terbilang begitu menantang.
Bila memilih jalur Kaduengang, estimasi waktu untuk sampai ke puncak kurang lebih 4 sampai 6 jam, tergantung pula kondisi cuaca. Melalui Desa Kaduengang, Anda akan melalui Pos 1 (Cengkeh), Pos 2 (Tanah Petir), serta Pos 3 (Anggrek). Biasanya di Pos 1 akan diminta terlebih dahulu berziarah ke makam Pangeran TB. Jaya Raksa.
2. Jalur Pagerwatu atau Ciekek
Jika Desa Kaduengang adalah jalur barat, maka jalur Pagerwatu atau Ciekek menuju ke Gunung Karang ini adalah jalur selatan. Trek di jalur ini jauh lebih landai dan mudah dilewati bila dibandingkan Kaduengang, namun Anda membutuhkan waktu yang lebih lama menuju puncak. Estimasi waktu melalui jalur ini sekitar 7 sampai 8 jam.
3. Jalur Curug Nangka atau Ciomas
Untuk para pendaki, jalur Curug Nangka adalah yang paling tidak populer. Namun berbeda bagi para peziarah yang utamanya melewati jalur satu ini. Jalurnya sendiri dimulai dari bawah lereng apabila hendak menuju ke puncak. Perjalanan melalui jalur Curug Nangka bisa menghabiskan waktu sekitar 20 jam sampai 1 hari perjalanan.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan di Gunung Karang

Di Gunung Karang, tentunya kegiatan menarik yang dapat Anda lakukan adalah menaklukan treknya dan mencapai puncak untuk melihat panorama alamnya yang indah. Untuk beberapa orang, gunung satu ini juga merupakan destinasi ziarah hingga tirakat untuk berdoa memohon sesuatu.
Dengan ketinggian 1.778 meter di atas permukaan laut, gunung satu ini menjadi gunung tertinggi di Provinsi Banten, sehingga Anda yang mengaku sebagai pecinta alam tentu tidak boleh melewatkannya. Apalagi gunung tersebut juga menjadi lokasi wisata ziarah favorit yang ada di Banten. Tentunya akan banyak pengalaman menarik yang bisa Anda dapatkan.