Harga Tiket: Rp 5.000, Jam Operasional: 07.30-15.30 WIB, Alamat: Pilang, Wonokerto, Pilang, Kawu, Kec. Kedunggalar, Kab. Ngawi, Jawa Timur; Map: Cek Lokasi |
Trinil adalah sebuah situs paleantropologi Indonesia yang lebih kecil dari situs Sangiran. Pada tahun 1891, Eugine Dubois yang merupakan ahli anatomi, menemukan bekas-bekas kehidupan manusia purba di kawasan ini. Penemuan ini menjadi pertama di luar Eropa pada saat itu. Selain manusia Pithecanthropus erectus, di situs ini juga terdapat fosil-fosil hewan dan juga tumbuhan purba.
Kawasan ini akhirnya menjadi museum seluas tiga hektar atas prakarsa ahli antropolgi ragawi dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Teuku Jacob. Museum ini sendiri diresmikan oleh Soelarso yang pada saat itu merupakan gubernur Jawa Timur. Sampai saat ini pemilik museum adalah pemerintah Provinsi Jatim dan dikelola Unit Pelaksana Teknis Museum Trinil, Ngawi.
Museum dengan arsitektur yang unik ini telah seringkali dikunjungi oleh peneliti dan arkeolog baik dalam maupun luar negeri. Beberapa berasal dari Jerman, Belanda, Prancis, dan negara-negara lainnya. Beberapa fasilitas juga telah tersedia termasuk taman bermain untuk anak-anak hingga laboratorium.
Sejarah Museum Trinil


Museum Trinil memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga sampai menjadi museum yang saat ini berdiri. Berawal dari penemuan fosil pithecanthropus erectus di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Tempat penemuan fosil purba ini berada di antara tiga desa yaitu Desa Kawu, Desa Gemarang, dan Desa Ngancar. Lokasi ini mirip dengan keadaan di Sungai Nil sehingga dinamakan Trinil.
Eugine Dubois, arkeolog asal Belanda sangat tertarik pada Teori Evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Ketertarikan tersebut membawanya ke Sumatra pada 27 Oktober 1877. Selama dua tahun Eugine meneliti goa-goa yang ada di Sumatra hingga menemukan manusia wajak. Setelah itu, Eugine melanjutkan penelitian ke Jawa dan mencari fosil purba di pinggiran Sungai Bengawan Solo.
Dari pencariannya tersebut dia menemukan fosil-fosil manusia kera yang berdiri tegak atau yang disebut pithecanthropus erectus. Berawal dari tahun 1891, akhirnya Eugine menemukan atap tengkorak dan gigi manusia namun menyerupai kera. Selanjutnya pada tahun 1892 kembali ditemukan tulang paha dari kerangka fosil yang sama dengan yang ditemukan sebelumnya.
Sejarah berdirinya Museum Trinil juga tidak lepas dengan peran Wirodiharjo atau yang sering disebut dengan Pak Wiro Balung. Balung dalam bahasa Jawa berarti tulang, disematkan pada namanya karena beliau memiliki kepedulian untuk mengumpulkan fosil-fosil berupa tulang belulang yang banyak ditemukan oleh warga.
Pak Wiro Balung ditugaskan untuk menjaga dan memelihara tugu penemuan pithecanthropus erectus yang dibangun oleh Eugine Dubois. Beliau juga meyakinkan warga untuk mengumpulkan tulang-tulang tersebut agar tidak dijual kepada para kolektor serta memberikan pemahaman akan nilai historis fosil tersebut. Kegigihan beliau membuat warga dengan sukarela memberikan temuan fosil padanya.
Semakin banyak tulang belulang yang ditemukan warga, membuat Pak Wiro Balung kewalahan menyimpannya. Akhirnya dengan bantuan Pemerintah Jatim, dibangunlah rumah joglo pada tahun 1980 di sekitar tugu penemuan yang difungsikan untuk menyimpan tulang-tulang tersebut. Pada tahun 1990, UNESCO ikut membantu membangun gedung museum, pendopo, dan kantor.
Pada tanggal 20 November 1991, Museum Trinil akhirnya diresmikan. Peresmian tersebut bertepatan dengan 100 tahun penemuan pithecanthropus erectus. Sayangnya, Pak Wiro Balung telah wafat pada saat peresmian museum. Untuk menghargai jasa beliau, pengelola museum menuliskan nama dan kisahnya dalam mengumpulkan fosil-fosil tersebut di papan informasi.
Koleksi Museum Trinil


Museum ini memiliki cukup banyak koleksi-koleksi fosil purba. Oleh karena itulah, tidak hanya sebagai destinasi liburan saja, namun cukup banyak pelajar dan peneliti arkeolog yang juga datang untuk alasan pendidikan dan penelitian. Berikut beberapa koleksi museum yang memiliki historis yang sangat tinggi akan peradaban manusia ini.
✦ Fosil
Saat memasuki museum, maka pengunjung akan langsung melihat beragam fosil yang tertata rapi. Fosil-fosil di Museum Trinil ini sangat beragam, mulai dari fosil hewan dan juga tumbuhan. Beberapa fosil hewan seperti gajah purba, banteng purba, tanduk kerbau purba, tulang rahang bawah macan, dan beragam hewan-hewan purba lainnya. Setiap fosil diberikan keterangan serta nama latinnya.
Selanjutnya adalah koleksi fosil dari manusia purba. Dalam museum ini terdapat koleksi tengkorak manusia purba dan lainnya. Sayangnya, fosil-fosil dalam manusia purba yang ada di museum ini hanyalah berupa duplikat. Sementara fosil aslinya dibawa ke Belanda.
✦ Batu Zaman Purba
Selain fosil tulang belulang, museum ini juga menyimpan beragam jenis batuan pada zaman purba. Jenis-jenis batuan berupa batu bata, batu putih, andesit, terakora, keramik, dan juga logam. Bebatuan ini sudah ada sejak jutaan tahun sehingga memiliki historis tinggi. Sebenarnya masih banyak koleksi lainnya, namun masih dalam penataan dan beberapa disimpan di gudang museum.
✦ Diorama
Selain fosil-fosil, museum ini juga memiliki koleksi diorama berupa kehidupan di zaman purba. Terdapat miniatur dari bentuk manusia purba dan kegiatan yang dilakukan pada masa tersebut. Dengan diorama ini, pengunjung dapat membayangkan dan seperti kembali pada saat zaman tersebut.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi Museum


Museum Trinil cukup mudah untuk diakses dari arah manapun. Tempatnya sangat strategis sehingga tidak sulit untuk ditemukan. Kondisi jalan juga sudah baik dan dapat ditempuh olen kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Selain itu, ada juga kendaraan umum yang dapat digunakan untuk menuju destinasi wisata sejarah ini.
Rute perjalanan dapat menggunakan via Jl. Raya Ngawi – Solo, Jawa Timur. Setelah sampai di pertigaan, tinggal mengambil arah utara. Selanjutnya, hanya perlu meneruskan perjalanan sejauh kurang lebih 3 kilometer hingga sampai di museum. Sepanjang perjalanan akan disuguhkan dengan banyak sawah dan pemukiman. Jika takut akan salah jalan, maka dapat menggunakan GoogleMap.
Harga Tiket Masuk Wisata Sejarah
Museum Trinil buka setiap hari Selasa hingga Minggu, sementara pada hari Senin museum tutup sebagai hari spesial. Jam operasional mulai pukul 07.30 hingga 15.30 WIB. Untuk tiket masuk sendiri tidak terlalu mahal. Hanya Rp5.000 untuk wisatawan lokal dan Rp10.000 untuk wisatawan asing yang cukup banyak berkunjung.
Saat ini museum fosil ini sudah cukup banyak dikunjungi, terutama bagi para pelajar yang ingin mempelajari sejarah maupun para peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Museum ini juga dibuka untuk umum dan memberikan fasilitas berupa taman bermain sehingga sangat cocok sebagai liburan keluarga yang menyenangkan dan menambah wawasan.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan


Ada cukup banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Museum Trinil. Apalagi museum ini dibangun untuk berbagai kalangan. Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilakukan jika mengunjungi wisata edukasi sejarah ini.
1. Liburan Keluarga
Museum merupakan destinasi wisata keluarga yang murah meriah dan menambah wawasan. Museum bersejarah tinggi ini juga dapat menjadi alternatif untuk berwisata bersama keluarga. Apalagi fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk menambah kenyamanan pengunjung, termasuk anak-anak yang dapat bermain sepuasnya di tempat yang sudah disediakan.
2. Belajar Sejarah
Museum ini seringkali juga dijadikan sebagai tempat untuk belajar tentang sejarah. Cukup banyak pelajar yang datang untuk mengumpulkan informasi-informasi yang memang sudah dituliskan di setiap koleksi. Dengan belajar sejarah di museum, para pelajar akan mendapatkan informasi secara langsung dan tidak hanya terpaku pada buku-buku saja.
3. Penelitian
Sebagai museum yang menyimpan fosil-fosil zaman purba yang memiliki historis yang sangat tinggi, banyak juga peneliti dan arkeolog yang datang untuk melakukan penelitian. Para peneliti ini juga tidak hanya dari dalam negeri saja, namun juga dari berbagai belahan dunia.
Objek Wisata Terdekat dari Museum Trinil


Museum Trinil berada di kawasan yang strategis dan cukup dekat dengan beberapa tempat wisata lain. berikut beberapa objek wisata terdekat yang dapat dikunjungi setelah berkeliling museum yang menyimpan beragam fosil purba ini.
1. Taman Wisata Banyu Redjo
Taman Wisata Banyu Redjo merupakan sebuah destinasi wisata baru di Ngawi yang sangat menarik untuk dikunjungi bersama keluarga. Destinasi wisata ini menyuguhkan beragam permainan air yang seru, termasuk ember tumpah, seluncuran, dan air mancur. Harga tiket masuknya juga tergolong murah, hanya 8.000 sampai 10.000 saja untuk keseruan yang ditawarkan.
2. Bukit Karek Indah Ngawi
Bukit Kerek Indah Ngawi merupakan destinasi wisata yang instagramble yang menyajikan keindahan alam dari atas ketinggian. Jembatan bukit kerek merupakan salah satu daya tarik yang paling banyak dicari oleh pengunjung. Di atas jembatan yang terbuat dari bambu ini, pengunjung dapat berfoto dengan latar pemandangan alam yang sangat indah dari atas ketinggian.
3. Srambang Park Waterfall Ngawi
Srambang Park Waterfall Ngawi menjadi destinasi wisata yang saat ini cukup populer bagi para wisatawan. Menghadirkan suasana alam, udara yang sejuk, dan pemandangan yang indah, destinasi wisata ini sangat cocok untuk kembali menyegarkan pikiran. Destinasi wisata ini juga sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk para pengunjung.
Museum Trinil telah menjadi salah satu dari ikon dari Kabupaten Ngawi. Museum yang memiliki sejarah tinggi tentang kehidupan purba di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo ini menjadi pusat pendidikan dan penelitian bahkan hingga mancanegara. Museum ini juga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk para pengunjung sehingga dapat menjadi alternatif liburan bersama keluarga.