Masyarakat Jawa yang ada di Yogyakarta memiliki karakteristik untuk menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Salah satunya yang masih melekat dan terlihat hingga zaman modern yaitu pakaian adat Yogyakarta. Beberapa pakaian tersebut sampai saat ini masih mudah ditemui dikenakan oleh warga, untuk berbagai keperluan.
Setiap busana yang ada di daerah ini dirancang secara khusus dan memiliki simbol serta arti tersendiri. Bahkan pemilihan warna dan motifnya sesuai dengan geografis Yogyakarta yang cukup unik. Penasaran? Yuk simak ulasan lengkapnya di sini!
1. Kebaya Yogyakarta
Tentu Anda sudah tak asing lagi dengan pakaian yang satu ini, yaitu kebaya. Pakaian ini memang menjadi salah satu pakaian adat yang dikenakan perempuan sebagai atasan. Untuk karakteristik dari kebaya dari Yogyakarta bisa dilihat dari pita emas yang mengelilingi leher, lengan, sampai dengan bagian bawah badan.
Dengan sederet karakteristik yang sedemikian rupa, kebaya dari daerah Yogyakarta ini membuat makin anggun. Aksesoris pada kebaya ini cukup ikonik bagi pakaian adat Yogyakarta. Sehingga, memberikan kesan tersendiri bagi orang yang menggunakannya untuk berbagai kesempatan, seperti acara adat, formal, dan lain sebagainya.
Selain itu, ada juga jenis kebaya beludru yang memiliki filosofi tersendiri bagi perempuan yang mengenakannya. Kebaya yang mempunyai serat yang halus ini juga merepresentasikan tindak tanduk wanita yang harus lemah dan lembut. Sebenarnya, kebaya ini sama seperti kebaya jawa lainnya. Hanya saja, kebaya dari Yogyakarta ini cenderung berwarna hitam dan berbulu.
Sebenarnya, Anda juga bisa mendapatkan kebaya dengan variasi bahan lainnya. Misalnya saja, bahan katun, sutra, dan masih banyak lagi. Hal ini membuat kebaya banyak digunakan pada beberapa kesempatan, baik itu upacara adat, acara formal, acara keluarga dan lain sebagainya. Agar tampilan makin anggun, maka pemakaian kebaya dipadukan dengan kain jarik.
Umumnya, kain jarik yang dikenakan memiliki motif khas dari pakaian adat Yogyakarta yang cukup unik. Tak lupa juga ada juga variasi aksesoris yang akan tampak elegan jika dikenakan bersama kebaya jenis ini. Salah satunya yang paling khas yaitu pemakaian konde. Baju adat Jogja digunakan sebagai tatanan rambut agar lebih rapi.
Kemudian, ada lagi ciri khas yang bisa Anda temukan yaitu dengan sanggul yang berwarna hijau, merah, dan kuning. Ketiga melambangkan tiga dewa kehidupan atau lebih dikenal dengan Trimurti. Tak Cukup sampai di situ saja, ada juga sisir yang berbentuk menyerupai gunung yang merepresentasikan Keagungan Tuhan dan harapan dari terciptanya harapan.
Sebagai pelengkapnya, ada lagi kalung yang tersusun dengan 3 bagian untuk melambangkan apa itu tiga tingkat kehidupan. Lambang ini meliputi lahir, menikah, sampai dengan kematian. Untuk di bagian tangan, Anda akan menemukan gelang tanpa ujung pangkal yang dapat mengartikan keabadian pada hidup.
2. Baju Adat Surjan
Seperti yang sudah diketahui Yogyakarta memiliki banyak budaya warisan, termasuk pada pakaian adatnya yang bisa digunakan pada acara acara tertentu. Salah satu pakaian adat Yogyakarta yang menjadi busana resmi yang paling banyak digunakan masyarakat. Tak seperti busana adat Jogja yang lainnya, ternyata pakaian untuk memiliki ciri khas yang cukup unik.
Baju adat ini mempunyai bahan dasar yang bermotif lurik. Tak jarang, ada juga yang dibuat dengan motif beragam, seperti motif kembang kembang. Jika dilihat dari segi pengertian yang ada di Kamus Bahasa Indonesia, Surja ini memiliki arti yaitu baju jas laki laki khas Jawa berlengan panjang dan berkerah tegak. Selain itu, bahan yang digunakan yaitu kain lurik atau motif kembang.
Umumnya, Baju Surjan dikenakan masyarakat Yogyakarta untuk para pria pada upacara Grebeg. Pakaian yang satu ini memiliki motif yang cukup unik dan bervariasi, namun yang paling sering menjadi pilihan adalah surjan dengan garis berwarna coklat. Untuk penggunaan baju ini biasanya akan dipadukan dengan blangkon sebagai aksesoris dan kain jarik bermotif.
Meskipun yang paling familiar bagi masyarakat luas merupakan jenis surjan dengan motif garis saja, sebenarnya surjan memiliki berbagai jenis lainnya. Anda bisa menemukan Surjan dengan jenis Lurik sampai dengan Ontrokusuma. Disebut dengan istilah lurik, karena kain pada bahannya memiliki motif khas bergaris garis.
Sementara itu, Surjan Ontrokusuma memiliki karakteristik dengan motif bunga (kusuma). Motif jenis ini diperuntukkan bagi para bangsawan dan terbuat dari kain sutra bermotif bunga sebagai tambahan aksesorisnya. Karena cukup spesial, pakaian adat ini dikenakan ketika hari hari besar maupun upacara adat khusus.
Biasanya, surjan ini memiliki warna yang cukup populer, seperti hitam dan coklat. Pada bagian baju ini terdapat enam buah kancing di bagian leher. Selain itu, ada juga dua buah kancing yang terletak pada sebelah dada kanan dan kiri. Masing masing kancing memiliki filosofi yaitu rukun iman dan dua kalimat syahadat.
Selain filosofi tersebut, ada juga mitos yang diyakini para masyarakat Jawa ketika mengenakan pakaian surjan. Jika ada orang yang menggunakan baju adat surjan secara lengkap, baik, dan benar, maka berat badan pemakaiannya akan tetap ideal. Agar lebih lengkap, orang yang mengenakan juga harus memberi tambahan tali, ikat pinggang, dan stagen.
3. Batik Jarik
Kain jarik memang terkenal sebagai pakaian adat khas Jawa, termasuk daerah Yogyakarta. Jarik ini memiliki motif yang cukup bervariasi dan bisa dipilih, mulai dari sidomulyo, sidomukti, sampai dengan sekar jagad. Karena motif dan macam macamnya banyak, jarik bisa dikenakan oleh laki laki maupun perempuan.
Ciri khas lainnya yang dapat Anda temui dari kain jarik yaitu terletak pada warnanya. Warna dasar batik Yogyakarta yang paling ikonik dan paling banyak dikenakan adalah putih atau biru kehitaman. Sementara itu, dari segi motifnya cenderung coklat atau soga, biru tua atau wedel, hitam atau lebih biru pekat kehitaman, dan putih bersih atau pethak.
Sederet warna batik Yogyakarta yang cukup khas ini ternyata memiliki arti tersendiri. Warna jarik dari daerah ini cenderung serupa dengan warna tanah. Sebab, corak warna ini mendapat pengaruh secara signifikan dari geografis dari kondisi alam. Terlebih, masyarakat Yogyakarta memiliki hubungan erat pada aktivitas kehidupannya dengan tanah serta pertanian.
Tak berhenti sampai disitu saja, ternyata menurut laman keraton Yogyakarta, terdapat pula makna simbolis dari setiap warna yang ada di jarik di Jogja. Untuk warna coklat merupakan simbol dari warna tanah lempung yang terbilang subur. Warna ini juga membawa harapan yang merepresentasikan kesederhanaan, sifat membumi, kerendahan hati, serta kebahagiaan.
Selain itu, ada juga warna biru yang diyakini memiliki makna yang cukup mendalam. Diyakini biru mampu memberikan keikhlasan, kesetiaan, kepercayaan, kelembutan pekerti, serta ketenangan. Tak heran jika warna yang satu ini sering dikenakan pada acara tertentu dan acara adat adat yang biasa dilakukan masyarakat Yogyakarta.
Sedangkan untuk warna putih pada pakaian adat Yogyakarta diartikan sebagai kesucian, keberanian, ketentraman hati, sifat pemaaf, dan sinar kehidupan. Tak berhenti sampai disitu saja, ada lagi warna hitam atau gelap yang mampu menyimbolkan kekekalan, kemisteriusan, kekuatan, kekuatan, keanggunan, dan kemisteriusan.
4. Pakaian Adat Kencongan
Tak hanya perempuan saja yang memiliki baju adat Yogyakarta, ternyata terdapat pakaian khusus untuk anak laki laki. Busana yang satu ini diberi nama dengan sebutan kencongan. Pakaian ini digunakan secara lengkap dengan aksesoris yang terbilang cukup beragam, mulai dari sabuk, selendang, sampai dengan ikat pinggang.
Bagi Anda yang masih belum familiar dengan busana yang satu ini, maka bisa dijumpai pada anak laki laki ketika menghadiri salah satu acara besar di Yogyakarta. Para anak laki ini akan mengenakan pakaian tersebut bersanding dengan perempuan yang juga memakai pakaian adat yang bernama Sabukwala Padintenan.
Baju adat Kencongan memang terbilang cukup ikonik karena biasa dikenakan untuk anak laki laki. Menarinya, anak laki laki yang menggunakan pakaian ini juga melengkapinya dengan kamus songketan dengan catok terbuat dari suasa (emas berkadar rendah), dan juga lonthong tritik. Kombinasi tersebut membuat tampilan menjadi lebih menawan.
Sedangkan untuk pakaian yang dikenakan pada kebutuhan sehari hari, para anak laki laki masyarakat Yogyakarta akan lebih memanfaatkan jenis lainnya yang terdiri dari kain batik dengan wiru di tengah, timang, baju surjan, dan mengenakan dhestar sebagai salah satu item yang digunakan untuk menutup kepala.
5. Kesatrian Ageng
Bertahannya Kesultanan Yogyakarta sampai zaman modern seperti saat ini juga memberikan pengaruh dari segi budaya yang masih terbilang cukup kental. Budaya tersebut melingkupi tentunya bisa dilihat dari pakaian tradisional, adat istiadat, kebiasaan sampai dengan tata krama. Namun, salah satu yang paling terlihat jelas adalah penggunaan pakaian yang digunakan kesultanan.
Pakaian adat Yogyakarta tersebut diberi nama dengan istilah Kesatriaan Ageng. Pakaian ini terdiri dari beberapa bagian baju, yaitu surjan sebagai atasan, celana panjang hitam, kain batik yang di pinggang yang dililitkan sampai atas lutut, dan juga hiasan kepala. Dengan seluruh perpaduan pakaian tersebut, tentunya akan menghasilkan tampilan yang berwibawa.
Anda bisa menemukan jenis pakaian Surjan Kesatrian Ageng yang terbuat dari bahan laken atau bisa dibilang serupa dengan kain beludru. Untuk warnanya sendiri lebih dominan ke hitam polos dan dihiasi oleh bordiran keemasan. Motif tersebut biasanya dihiasi dengan model daun keluwih dan sulur. Masing masing motif melambangkan beberapa arti yang cukup simbolis.
Untuk daun kluwih, maka diartikan sebagai keselamatan dan perlindungan keraton. Sedangkan daun sulur melambangkan kehidupan yang berjalan secara terus menerus agar tetap tumbuh. Karena makna simbolis tersebut, baju tersebut sering dipakai oleh pejabat keraton, pengantin, sampai dengan prajurit yang bekerja di keraton untuk mempertahankan kehidupan di keraton.
Tak hanya itu saja, Baju Kesatrian Ageng juga menjadi salah satu pakaian adat Jogja yang dilengkapi oleh topi. Ini melambangkan watak ksatria yang tidak akan pernah pantang mundur selangkah pun ketika menghadapi musuh untuk mencapai tujuan. Selain itu, pakaian ini juga melambangkan kemampuan diri sendiri agar dapat mengabdi dengan hati yang bersih.
Menariknya, Kesatrian Ageng juga sering diartikan sebagai pakaian yang mencerminkan keberanian dengan warna hitam sebagai ciri khasnya. Sedangkan warna celana serta topi diambil dari warna alam untuk melambangkan keberanian dan juga keabadian. Adapun warna emas serta kuning pada hiasan surjan melambangkan keagungan serta keluhuran.
Sederet pakaian adat tradisional Yogyakarta tersebut bisa Anda temui dengan mudah ketika ada acara-acara besar. Tak hanya itu saja, pakaian tersebut ternyata juga memiliki karakteristik masing masing sesuai dengan kegunaannya. Bahkan pemilihan warna dari sebagian pakaian adat tersebut tidak sembarangan. Sebab, setiap motif, warna, dan model memiliki filosofi serta mitos yang dipercayai.