Candi Ngetos di Nganjuk adalah candi Hindu yang menonjol dengan gaya arsitektur khas Singasari, menawarkan wawasan unik ke dalam sejarah dan kebudayaan di Jawa Timur.
Harga Tiket: Rp 5.000, Jam Operasional: 06.00-18.00 WIB, Alamat: Jl. Raya Ngetos, Selopuro, Ngetos, Kec. Ngetos, Kab. Nganjuk, Jawa Timur; Map: Cek Lokasi |
Candi Ngetos merupakan salah satu candi peninggalan umat Hindu di Indonesia. Bagi Anda yang ingin berkunjung ke daerah Nganjuk, bisa berkunjung ke wisata sejarah ini.
Berkunjung ke wisata bersejarah tidak hanya membawa wawasan, melainkan juga cinta pada negara, khususnya jika Anda beragama Hindu. Lantas, apa saja fakta menarik tentang candi di Nganjuk ini? Baca selengkapnya di bawah ini!
Fakta Unik Candi Ngetos
1. Sudah Ditemukan di Masa Penjajahan
Candi Ngetos Nganjuk ini bukanlah candi yang baru saja ditemukan, bahkan peninggalan umat hindu ini mulai diteliti sejak tahun 1817 dan muncul dalam laporan Belanda ketika tahun 1868. Candi ini diteliti oleh Thomas Starmford Raffles yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur jenderal.
Sayangnya, dalam catatan tersebut tidak ada rincian lengkap mengenai bangunan candi dan bagian yang rusak. Setelah melihat arca di dalamnya, candi ini tergolong Hindu dan diperkirakan sudah ada sejak masa kerajaan Majapahit atau tepatnya pada abad ke 15.
Ini membuat candi wajar jika mulai pudar dan sulit untuk diketahui bentuk aslinya. Beberapa bagian candi ini juga dianggap hilang dan tidak utuh lagi.
2. Memiliki Gaya Khas Singasari
Di Singosari kita akan menemukan peninggalan kerajaan Majapahit lainnya yang lebih jelas. Candi Ngetos dimasukkan ke dalam tipe Singosari karena bentuk fisiknya yang memenuhi ciri khas situs Majapahit.
Diantaranya bangunan candi berada tepat di tengah halaman atau di bagian halaman. Kemudian bangunan terdiri dari tiga bagian, bagian kaki, atap dan tubuh. Bagian tingkatannya sangat tinggi menjulang dan berbentuk mengecil.
Sementara bahan yang digunakan biasanya batu dan bata. Lalu pada bagian bilik utama terletak di tengah-tengah bangunan.
3. Hasil Prakarsa Hayam Wuruk
Sudah dengar kisah Raja Hayam Wuruk? Hayam Wuruk merupakan salah satu raja Kerajaan Majapahit dan mengalami masa puncak kejayaan. Inilah yang membuat Hayam Wuruk terkenal dan bergelar Maharaja Sri Rajasanagara.
Beliau memerintah kerajaan Majapahit mulai dari 1350 sampai dengan 1389 masehi. Dari cerita penduduk sekitar, Candi Ngetos di Nganjuk ini merupakan permintaan Hayam Wuruk dan digunakan untuk menyimpan abu jenazah Raja Hayam Wuruk.
Candi ini bahkan dibuat oleh pamannya, Raja Ngatas Angin alias Raden Ngabei Selopurwoto. Tujuan pembangunan ini karena letaknya yang sama dengan Gunung Mahameru.
4. Memiliki Hiasan Kala yang Besar
Pada Candi Ngetos, terdapat kala yang merupakan hiasan pada bangunan candi. Pada bagian selatan, masih terlihat jelas mengenai hiasan kala yang dibentuk.
Sedangkan pada bagian lainnya, kala sudah pudar dan tidak dapat diteliti lagi, meski bekasnya masih terlihat. Nah, kala yang masih utuh ini terletak pada relung candi, kaki, batur candi di bagian selatan.
Pada bagian ceruk, terdapat tiga hiasan berupa gambar naga, makara dan stiliran bersamaan dengan sulur gelung. Meski sulit untuk ditemukan beberapa bagian yang hilang, tetapi candi ini tergolong penting karena dimasukkan ke dalam jajaran peninggalan kerajaan Majapahit.
Hiasan kala di sebelah selatan memiliki ukuran yang cukup besar, yakni 2 m dan lebar 1,8 m. Wajahnya dianggap menyeramkan dan menunjukkan kewibawaan. Gambar ini dipercaya oleh peneliti sebagai penolak bala yang bisa saja datang ke candi. Hal ini karena motif juga terdapat pada candi Bali, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5. Wujud Bangunan Candi
Wujud bangunan Candi Ngetos ini diperkirakan dikelilingi oleh yang berbentuk bundar. Kemudian terdapat bilik di bagian tengah bangunan. Sementara dasar biliknya lebih rendah dari pintu.
Candi menghadap ke arah barat dan diperkirakan memiliki candi berukuran kecil yang kini sudah tidak ada. Di sebelah barat juga terlihat ada bekas tangga.
Nah, bahan bangunan candi ini yaitu berupa batu merah yang dapat bertahan lama. Sementara atapnya menggunakan bahan kayu. Secara spesifik, bangunan yang bisa dicatat hanyalah bagian induk candi saja.
Untuk panjang candinya 9 meter dengan tinggi 5,43 m. sedangkan tinggi bangunan keseluruhan mencapai 10 m. Kemudian besar tangga luarnya mencapai 3,75 m dan lebar pintu masuk 0,65 m.
Tinggi tangga menuju ruang candi sekitar 2,47 m dengan ruang dalam selebar 2,4 m. halam candi ini diperkirakan bertingkat-tingkat dan berada di halaman atas. Jadi, bentuknya miring layaknya kemiringan lereng, ya!
6. Beberapa Relief pada Candi
Jika Anda berkunjung ke Candi Ngetos Nganjuk ini, maka akan terpesona dengan relief yang terdapat pada candi. Awalnya pada candi terdapat 4 relief, tetapi saat ini hanya tersisa satu. Tidak terdapat lagi pigura-pigura di bagian bawahnya.
Namun, di bagian tepi bawahnya terlihat motif dalam bentuk buah dan dedaunan. Pada bagian kanan dan kiri di candi akan terlihat relung yang berbentuk spiral. Sementara bagian atasnya terdapat motif daun horizontal dan melengkung.
Motif ini mengelilingi candi dari bagian atas. Sedangkan di bagian timur, ada juga relung dengan tinggi 2 m dan lebar 0,65 m. di bagian barat ada pula relung-relung berukuran lebih kecil.
7. Ditemukan Beberapa Arca
Di dalam Candi Ngetos saat ini memang tidak ada lagi arca yang ditemukan. Namun, pengetahuan adanya arca ini didapat dari para penduduk yang percaya bahwa terdapat dua arca di dalamnya.
Arca Dewa Wisnu yang ditemukan sudah dipindahkan ke area Kediri. Kemudian terdapat arca Siwa yang menjadi arca utama di candi ini.
Alamat dan Rute Lokasi Candi
Alamat candi ini terletak di Jalan Raya Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.
Dari pusat kota Nganjuk, Candi Ngetos dapat dijangkau dengan jarak sekitar 15,7 kilometer, memerlukan waktu tempuh sekitar 27 menit.
Untuk menuju ke lokasi candi, perjalanan dilakukan melalui Jalan Raya Kediri-Nganjuk, Jalan Mayor Jenderal Supeno, dan berakhir di Jalan Raya Ngetos.
Setelah membaca fakta menarik tentang Candi Ngetos di atas, kita jadi mengetahui situs peninggalan kerajaan Majapahit lainnya. Meski wujudnya tidak sempurna, peninggalan ini tetap penting untuk dipelajari. Nah, kapan Anda akan berkunjung?