Harga Tiket: Gratis, Jam Operasional: Pukul 08.00 – 18.00 WIB, Alamat: Lengkong Gudang, Kec. Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten; Map: Cek Lokasi |
Di kawasan ruko yang ada di bilangan BSD, Tangerang Selatan, Banten, terdapat sebuah papan merah berukir aksara emas yang terlihat mencolok. Tidak seperti ruko lainnya yang digunakan untuk berbisnis, ruko ini ternyata merupakan sebuah museum. Namanya Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, sebagaimana tertera pada papan merah yang ada di muka gedung.
Museum tersebut didirikan pada tahun 2011 oleh Azmi Abubakar, dan koleksinya sudah mencapai lebih dari 30.000 buah. Azmi sendiri merupakan seorang non-Cina, yang terdorong untuk menyampaikan informasi terkait warga keturunan Cina yang tidak disampaikan di sekolah. Penasaran seperti apa isi museumnya ? Yuk cari tahu.
Sejarah Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
Koleksi di dalam museum yang ada di Tangerang ini sebenarnya merupakan koleksi pribadi milik Azmi Abubakar. Ia mengumpulkannya sejak tahun 1999. Dilatarbelakangi oleh peristiwa kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998, dimana saat itu etnis Tionghoa yang ada di Indonesia mengalami tindakan yang di luar prikemanusiaan.
Peristiwa tersebut membuatnya mulai mengoleksi berbagai literatur terkait Etnis Peranakan Tionghoa. Karena menurutnya peristiwa seperti itu terjadi salah satunya akibat dari minimnya informasi mengenai jasa dan peran etnis Tionghoa di tanah air. Masyarakat juga digiring opininya agar percaya bahwa etnis Tionghoa ikut menikmati era penjajahan bersama Belanda.
Sehingga kisah kisah heroik dan kepahlawanan dari etnis Tionghoa yang membantu Indonesia baik sebelum maupun setelah kemerdekaan pun nyaris lenyap. Salah satu contohnya yaitu Laksamana John Lie, seorang pahlawan nasional yang mengabdi di Angkatan Laut. Juga pemimpin Tionghoa bernama Souw Phan Ciang yang bersatu dengan pasukan Jawa untuk melawan VOC.
Sayangnya deretan cerita heroik tersebut tidak pernah disampaikan di bangku sekolah. Didorong keinginannya menyampaikan fakta tersebut, Azmi Abubakar kemudian mendirikan sebuah museum pada tahun 2011 dengan koleksinya yang sudah dikumpulkan selama ini. Ia membangun museum tersebut dengan pendapatannya sebagai kontraktor kecil kecilan, serta dari penjualan buku bekas.
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
✦ Ribuan Buku Tentang Etnis Tionghoa
Koleksi museum didominasi oleh ribuan buku tentang etnis Tionghoa. Buku buku tersebut dikumpulkan cukup lama dari berbagai sumber. Ada yang berasal dari toko buku bekas di beberapa kota, perburuan ke orang yang pindah rumah, hingga diberikan oleh orang. Beberapa koleksi ini sempat diboyong ikut serta ke Kuala Lumpur International Book Fair di Malaysia pada tahun 2012 untuk dipamerkan.
✦ Literatur Berbahasa Mandarin
Buku buku yang menjadi koleksi museum tidak hanya ditulis dalam Bahasa Indonesia. Namun ada pula buku yang belum diketahui isinya karena ditulis menggunakan Bahasa Mandarin. Uniknya, ada buku tertua yang berbahasa Mandarin namun ditulis dalam aksara Jawa Kuno.
Sehingga dibutuhkan seorang penerjemah bahasa Jawa yang menguasai bahasa Mandarin agar dapat mengetahui isi dari literatur tersebut. Pengelola museum berharap bahwa nantinya ada orang yang berminat untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, supaya dapat membantu menambah khazanah pengetahuan.
✦ Daur Ulang Komik Tionghoa
Selain buku bersejarah, Museum Pustaka Peranakan Tionghoa juga menyimpan koleksi lainnya seperti komik. Dari daur ulang komik Tionghoa ini bisa dilihat bahwa banjir ternyata sudah menjadi momok bagi warga Jakarta sejak dahulu. Dimana komik berjudul ‘Put On’ atau ‘Si Gelisah’, menampilkan keseharian seorang Tionghoa yang digambarkan selalu sial.
Komik yang terbit mulai tahun 1931 di setiap edisi majalah Sin Po tersebut merupakan karya dari Kho Wan Gie, menggambarkan sebuah kritik sosial. Dan masih ada banyak daur ulang komik Tionghoa bisa anda temukan di museum. Isi komiknya menarik karena selain menghibur, juga terdapat pesan di dalamnya.
✦ Foto Pahlawan Nasional Tionghoa
Foto pahlawan nasional Tionghoa pertama Indonesia, yakni Lie Tjeng Tjoan atau yang dikenal sebagai John Lie, bisa ditemukan di sini. Sang pendiri museum datang langsung ke rumah John Lie yang akan dijual kala itu. Sehingga ia berhasil mendapatkan album foto dan koleksi surat milik John Lie. John Lie sendiri merupakan mayor, komandan maritim Jakarta yang berjasa dalam melawan Belanda.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi Museum
Museum Pustaka Peranakan Tionghoa terletak di ruko kawasan BSD Serpong, Lengkong Gudang, Ruko Golden Road C33/78, Kota Tangerang Selatan, Banten. Di antara deretan ruko yang lain, museum ini bisa dengan mudah dikenali. Karena tampak mencolok dengan papan nama berwarna merah yang berukir dengan aksara emas.
Dari pusat kota, tinggal mengikuti peta digital maka bisa langsung sampai di wisata. Anda dapat menumpang kereta komuter jurusan Serpong apabila naik kendaraan umum. Nanti berhenti di Stasiun Rawa Buntu dan melanjutkan perjalanan dengan transportasi online atau naik ojek.
Harga Tiket Masuk Wisata Sejarah
Berbeda dengan museum lainnya, anda tidak akan dipungut biaya sepeser pun untuk masuk ke Museum Pustaka Peranakan Tionghoa. Pemilik museum membuka pintu lebar bagi siapa saja yang ingin mengedukasi diri, dengan literasi dan informasi seputar etnis Tionghoa di zaman dulu. Menurut Azmi, sang pendiri museum, ini merupakan bentuk aktivitas sosial.
Bahkan ia juga mengklaim tidak mau menerima bantuan sepeser pun, meski sudah banyak kalangan keturunan Cina yang ingin membantu. Meskipun gratis, Azmi tidak segan untuk menjelaskan kepada pengunjung yang ingin bertanya. Pengunjung boleh membuat janji temu terlebih dahulu dengan beliau, apabila ada hal yang ingin ditanyakan. Karena ia tidak setiap hari datang ke museum.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan
1. Melihat Peninggalan Etnis Tionghoa
Di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, anda bisa melihat langsung peninggalan etnis Tionghoa yang mungkin jarang diketahui. Mulai dari buku, majalah, koran, foto foto, sampai manuskrip juga ada. Bahkan koleksi barang lainnya yang berbau adat Tionghoa bisa anda temukan, sebagai bentuk akulturasi budaya Tionghoa dengan Indonesia.
2. Tanya Jawab dengan Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
Azmi Abubakar yang merupakan pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa dengan ramah siap menjawab berbagai pertanyaan pengunjung. Jika anda kesulitan untuk menemukan informasi yang ingin diketahui, maka bisa langsung ditanyakan. Namun pastikan membuat janji temu terlebih dahulu supaya dapat bertemu dengan beliau.
3. Berburu Foto
Karena suasananya terkesan kuno, museum ini dapat menjadi spot yang bagus untuk berburu foto. Dan pengunjung pun diperbolehkan memegang dan memotret berbagai literatur yang ada di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, asalkan tidak dipinjam atau dibawa pulang.
Fasilitas Wisata yang Tersedia
Sebagai museum yang dibuka secara gratis untuk umum dan tidak menerima bantuan dari manapun, Museum Pustaka Peranakan Tionghoa mempunyai fasilitas yang bisa dibilang sudah cukup lengkap. Fasilitas tersebut disediakan sendiri oleh Azmi Abubakar, sang pendiri museum.
Ruko berlantai dua tersebut sudah lengkap dengan banyak kursi yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk duduk dan membaca berbagai literatur yang ada. Selama tidak dibawa pulang, koleksi literatur di museum boleh dipegang dan dipotret. Adapun fasilitas lain yang dapat ditemukan yaitu toilet, dan ada penjaga museum yang dapat membantu anda menemukan informasi yang ingin diketahui.
Tidak banyak museum seperti Museum Pustaka Peranakan Tionghoa di Indonesia. Oleh karena itu, sangat sayang sekali apabila anda tidak mampir kemari apabila sedang berada di Tangerang. Di sini anda bisa menemukan banyak informasi mengenai etnis Tionghoa pada zaman dahulu, yang tidak pernah disampaikan di bangku sekolah. Yuk langsung saja cari informasinya ke museum.