Harga Tiket: Rp 3.000, Jam Operasional: 07.00-15.00 WIB, Alamat: Jl. Linggasana No.74, Linggasana, Kec. Cilimus, Kab. Kuningan, Jawa Barat; Map: Cek Lokasi |
Sampai saat ini, masih banyak gedung atau tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang dipelihara dengan baik. Salah satunya yaitu Museum Linggarjati atau Museum Gedung Perundingan Linggarjati, yang sekarang dibuka sebagai tempat wisata untuk publik.
Museum tersebut berada di daerah Linggarjati, desa kecil yang terletak di selatan Cirebon. Gedung museum ini dulunya adalah rumah yang dijadikan tempat berlangsungnya perundingan, yang menghasilkan perjanjian antara Indonesia dan Belanda. Perjanjian antara keduanya kemudian disebut dengan nama Perjanjian Linggarjati.
Sejarah Museum Linggarjati

Sejarah Museum Linggarjati dimulai dari sebuah gubuk yang dibangun pada tahun 1918 di desa kecil di bawah kaki Gunung Ciremai. Gubuk tersebut dibangun oleh seorang ibu bernama Jasitem, yang kemudian digunakan sebagai tempat tinggalnya. Berdasarkan sejarah, bangunan tersebut sempat mengalami pergantian fungsi selama masa kolonial.
Dimana pada tahun 1921, tempat tinggal yang semula hanya berupa gubuk diubah menjadi bangunan semi permanen oleh seorang bangsa Belanda bernama Tersana. Dan pada tahun 1930, bangunan kembali dirombak menjadi permanen. Saat itu, keluarga Van Os menjadikannya sebagai rumah tinggal.
Gedung tua bergaya kolonial Belanda ini selanjutnya terus mengalami perubahan fungsi berkali kali. Seperti dijadikan sebagai sebagai markas tentara, kemudian menjadi Sekolah Dasar, bahkan sampai dijadikan hotel. Pada saat Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, hotel tersebut diberi nama Hokay Ryokan.
Dan setelah proklamasi kemerdekaan, Hotel Hokay Ryokan diubah namanya menjadi Hotel Merdeka. Pasca kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan Hotel Merdeka yang berada di Desa Linggarjati tersebut dimanfaatkan sebagai tempat melakukan perundingan. Tercatat bahwa perundingan yang dilakukan antara Indonesia dan Belanda berlangsung pada 10 sampai 12 November 1946.
Langkah ini dilakukan sebagai cara pemerintah untuk mengusir Belanda melalui jalur hukum. Dari perundingan yang dilakukan, akhirnya terdapat tiga pokok perjanjian yang dihasilkan. Tiga isi pokok tersebut yaitu yang pertama, Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia yang daerah kekuasaannya meliputi Jawa, Madura, dan Sumatera.
Sehingga Belanda harus meninggalkan daerah kekuasaan Indonesia tersebut paling lambat 1 Januari 1949. Kemudian yang kedua, Belanda dan Republik Indonesia akan bekerja sama membentuk negara Indonesia Serikat. Negara Indonesia Serikat dibuat dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang mana salah satu negara bagiannya yaitu Republik Indonesia.
Lalu perjanjian yang ketiga yaitu Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membantu Indonesia Belanda, dimana ketuanya adalah ratu Belanda. Dari hasil perundingan tersebut kemudian dituliskan dalam bentuk naskah yang dikenal dengan nama Perjanjian Linggarjati, yang disepakati oleh kedua belah pihak pada tanggal 15 November 1946 di Jakarta.
Kemudian Gedung Perundingan Linggarjati diserahkan oleh pemerintah ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1976. Saat itulah dibangun museum memorial yang berdiri sampai sekarang. Meskipun isi dari museum hanyalah replika, namun tetap mampu sedikit menggambarkan suasana pada saat perundingan berlangsung antara Indonesia dan Belanda.
Koleksi Museum Linggarjati

Memasuki dalam museum, para pengunjung seolah dibawa ke dalam napak tilas diplomatik para pendiri bangsa ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan. Beberapa koleksi yang dapat ditemukan antara lain seperti meja perundingan, diorama, hasil naskah perjanjian Linggarjati, berbagai dokumentasi berupa foto, dan benda benda peninggalan lainnya.
Sejumlah dokumentasi berupa foto yang dipamerkan di dinding museum sendiri antara lain foto wartawan mancanegara yang tengah mengetik naskah berita di Linggasana, tepatnya di pagar tangga kediaman Bung Sjahrir. Lalu ada foto ketua delegasi Indonesia dan ketua delegasi Belanda yakni Bung Sjahrir dan W. Schermerhorn, yang sedang membubuhkan paraf pada naskah perjanjian.
Pemarafan naskah dalam bahasa Belanda tersebut dilakukan pada 15 November 1946 di kediaman Bung Sjahrir, sedangkan pemarafan naskah dalam bahasa Inggris dan Indonesia dilakukan pada 18 November di Istana Negara, Jakarta. Pada foto tersebut, terlihat bahwa Bung Sjahrir bersama sama duduk sebagai bangsa yang sederajat dengan ketua delegasi Belanda.
Meskipun berbagai koleksi yang ada di Museum Linggarjati hanya sebuah replika, namun hal tersebut tidak membuat para pengunjung lantas kecewa. Karena semua koleksi yang ada di sana benar benar mampu menggambarkan bagaimana suasana perundingan saat itu berlangsung di gedung tersebut.
Selain di dalam museum, koleksi menarik lainnya bisa anda temukan di bagian belakang gedung museum. Karena di halaman luas yang dihiasi oleh pepohonan rindang tersebut, terdapat tangga menuju ke bawah yang mengantarkan anda pada sebuah monumen. Monumen tersebut bertuliskan isi pokok hasil perundingan Linggarjati.
Di sana juga ada batu hitam dibangun di atas monumen dengan ukiran lima pilar masyarakat Indonesia. Adapun lima pilar yang dimaksud antara lain pemuda yang saling berangkulan, petani, pemuka agama, wanita, dan tentara. Ukuran lima pilar tersebut adalah wujud kekuatan utama bangsa Indonesia, yang teguh dalam membela kepentingan bangsa di atas kepentingannya pribadi.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi

Museum Linggarjati beralamatkan di Jalan Gedung Perundingan Linggarjati, Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Gedung yang menjadi saksi perjuangan diplomatik tersebut dapat dicapai dengan perjalanan sekitar 30 menit saja dari pusat Kota Cirebon, karena letaknya memang berada di sebelah selatan kota udang.
Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum agar sampai di lokasi. Akses jalannya termasuk sudah bagus, sehingga dapat dilewati oleh berbagai kendaraan. Jika anda memilih untuk menggunakan kendaraan umum dari terminal bus Cirebon, anda bisa naik kendaraan umum dengan jurusan Kuningan.
Selanjutnya turun di Cilimus dan dilanjutkan dengan naik angkutan Desa Cilimus-Linggarjati. Di sana, nantinya anda akan menemukan gedung yang bertuliskan Gedung Perundingan Linggarjati. Jadi tidak sulit untuk mengakses situs sejarah yang ada di daerah Kuningan ini. Tarif transportasi umumnya sendiri termasuk sangat terjangkau, sekitar Rp. 3.000 sampai Rp. 8.000.
Jam Operasional dan Harga Tiket

Museum Linggarjati beroperasi mulai pukul 07.00 sampai 15.00 WIB pada hari Senin hingga Jumat. Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, museum dibuka untuk umum pada pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Jadi pastikan anda datang di antara waktu tersebut jika ingin memahami tentang sejarah perjanjian Linggarjati lebih jauh.
Untuk tarif masuknya sendiri, anda tidak perlu merogoh kocek yang dalam. Karena harga tiket masuk yang dibanderol sekitar Rp. 3.000 saja per orangnya. Dengan nominal tersebut, anda bisa bebas berkeliling melihat berbagai koleksi yang ada di dalam museum. Tiket masuk bisa berubah sewaktu waktu dan belum termasuk retribusi parkir.
Aktivitas yang Menarik Dilakukan Pengunjung

1. Belajar Sejarah Budaya Bangsa Indonesia
Berkunjung ke museum bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan merebut kemerdekaan tanah air, tentu kegiatan menarik yang bisa anda lakukan di sini tidak lain adalah belajar tentang sejarah budaya bangsa Indonesia. Karena dengan berkunjung ke Museum Linggarjati, anda bisa merasakan bagaimana suasana gedung perundingan saat itu.
Terlebih ada banyak koleksi museum yang berkaitan dengan perundingan Linggarjati. Seperti diorama Sutan Syahrir bersama dengan perwakilan Indonesia lainnya serta perwakilan Belanda yang ikut serta dalam perundingan. Bahkan area yang dijadikan tempat perundingan masih tertata rapi dan bisa disaksikan oleh para pengunjung.
2. Hunting Foto
Bagi anda pecinta wisata sejarah sekaligus pecinta fotografi, anda bisa berburu foto ciamik selama berkunjung ke Museum Linggarjati. Karena di sini anda diperbolehkan untuk memotret benda benda koleksi yang ada di dalam gedung, asalkan tetap menjaga kebersihan dan kerapiannya.
Karena di dalam gedung terdapat banyak replika yang bisa membawa anda ke suasana masa lalu, tentu anda tidak boleh membiarkan diri untuk kehilangan momen apik tersebut selama mengunjungi gedung bersejarah ini. Selain memotret benda koleksi, anda juga bisa berburu foto keindahan alam di sekitar museum yang rindang. Terlebih ada monumen perjanjian Linggarjati di belakang bangunan.
Fasilitas yang Tersedia di Kawasan Museum

Bila berbicara mengenai fasilitasnya, sebenarnya fasilitas yang tersedia di Museum Linggarjati memang hanya segelintir saja. Anda hanya dapat menemukan area parkir untuk pengunjung dan toilet. Mungkin tambahan fasilitas tidak dibuat sebagai upaya menjaga keaslian dari gedung perjanjian.
Sebab benda benda yang ada di dalamnya pun merupakan hasil replika yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Sehingga pengunjung yang datang akan merasa pada zaman ketika perjanjian tersebut berlangsung. Itulah mengapa tetap banyak pengunjung yang datang ke sini meskipun fasilitasnya bisa dibilang kurang memadai bila dibandingkan wisata lainnya.
Objek Wisata Terdekat dari Museum Linggarjati

Bukan hanya menikmati wisata sejarah di Museum Linggarjati, anda bisa juga berkunjung ke beberapa wisata alam lainnya yang tidak jauh dari gedung perundingan tersebut. Sebab letak museum yang ada di bawah kaki Gunung Ciremai, memungkinkan anda untuk menemukan wisata alam yang jaraknya cukup dekat. Seperti Linggarjati Water Park dan Ghiffari Valley.
Perjanjian Linggarjati merupakan salah satu perjanjian yang terkenal dalam sejarah Indonesia. Tidak heran jika Museum Linggarjati termasuk wisata sejarah yang banyak dijadikan sebagai destinasi tujuan oleh masyarakat. Di dalam museum, anda bisa menemukan banyak benda replika yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya sehingga begitu menarik untuk disaksikan.