Harga Tiket: Rp 5.000, Jam Operasional: 09.00-18.00 WIB, Alamat: Kec. Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah; Map: Cek Lokasi |
Kampung Batik Kauman dikenal sebagai wilayah yang ada di Surakarta dan menjadi pusat kegiatan perekonomian. Di dalam perkampungan ini, anda akan dapat menemukan banyak sekali toko yang menjual berbagai jenis batik. Berdasarkan dari banyaknya informasi, anda akan dapat menemukan setidaknya sekitar 91 toko, kios dan warung yang terdaftar.
Lokasi dari kampung wisata ini tidak jauh dari pusat kota. Setelah mengunjungi kampung ini, anda juga bisa berkunjung ke Keraton Surakarta dan pasar Klewer yang lokasinya tidak berjauhan. Pasar Klewer ini merupakan pasar yang menjadi pusat pemenuhan kebutuhan sandang terbesar di Jawa Tengah. Kampung batik menjadi wisata yang wajib dikunjungi.
Sejarah Kampung Batik Kauman

Kampung kauman yang ada di daerah Surakarta ini kerap kali disebut sebagai kampung batik. Karena ketika anda berkunjung ke kawasan ini, anda akan dapat menemukan banyak sekali rumah industri batik khas Kauman. Lokasi dari kampung ini terbilang cukup strategis karena berada di kawasan pusat kota. Sehingga anda akan mudah menemukannya.
Tempat wisata ini dikelilingi dengan Jalan Rajiman, Jalan Nonongan, jalan Slamet Riyadi dan juga berbatasan langsung dengan pasar Klewer, Gladak dan Benteng. Tidak jauh dari lokasi ini, anda juga akan menemukan Keraton Surakarta dan Masjid Agung. Kampung ini mulai berkembang pesat ketika masjid agung mulai dibangun Masjid Agung Keraton.
Masjid ini dibangun pada masa kepemimpinan Raja Keraton Surakarta Paku Buwono III. Lokasi dari masjid ini berdampingan dengan Alun-alun keraton dan dibangun pada tahun 1763-1788. Pada waktu itu, Islam adalah agama negara. Raja memegang posisi tertinggi sebagai kepala pemerintahan dan agama. Raja dibantu oleh kepala yang bertanggung jawab atas wilayah keagamaan.
Para orang kepercayaan atau penghulu biasanya akan dibantu oleh para ulama dan juga abdi dalem pamethakan ketika sedang menjalankan tugas yang diberikan oleh raja pada masa itu. Bagi siapapun yang yang menjadi bagian dari keraton mendapatkan hak istimewa berupa tanah yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk tinggal bersama keluarga.
Sedangkan untuk para santri berkesempatan untuk tinggal bersama di lingkungan sekitar keraton. Luas dari kampung santri kauman ini berkisar antara 20,1 hektar yang terdiri dari 6 RW dan 26 RT. Ketika datang mengunjungi kampung ini, anda akan melihat banyak sekali bangunana bersejarah dengan nilai tinggi dan sakral seperti masjid Agung dan sekolah.
Sekolah yang dapat ditemukan adalah Madrasah yang dibangun oleh Paku Buwono pada tahun 1893-1939. Selain itu, anda juga dapat melihat bangunan tua dengan gaya arsitektur Jawa dan Belanda serta Rumah Joglo dan Limasan. Selain dikenal sebagai kawasan keraton, wilayah ini juga dikenal sebagai industri batik untuk mensejahterakan rakyatnya.
Kegiatan yang Dilakukan di Kampung Batik Kauman

1. Melihat Hasil Karya Batik Khas Kauman
Bati Kauman ini disebut juga sebagai batik Klasik atau pakem karena motif yang ditetapkan adalah bertema Keraton Surakarta dan dibentuk dengan unsur yang memberikan kesan tingkat kesenian yang sangat tinggi. Jenis motif yang akan ada temui diantaranya adalah Sidodrajat, Sidomukti, Wahyu Tumurun, Sidoluhur dan Satrio Wibowo.
Setiap dari motif yang bercirikan Kauman ini biasanya memiliki makna yang berbeda dan bersangkutan dengan sosial budaya namun tidak melupakan nilai estetikanya. Sebagai contoh anda akan menemukan Motif Sidodrajat yang dimaknai sebagai sesuatu yang memiliki derajat tinggi. Sehingga diharapkan yang menggunakannya akan memiliki derajat yang tinggi.
Kain batik yang diproduksi oleh masyarakat Kampung Batik Kauman menggunakan bahan dasar yaitu kain dari sutra alam, sutra tenun, dan berbagai jenis katun seperti prisma dan rayon. Berdasarkan dari nilai perkembanganya, anda dapat menemukan batik kauman dengan 3 jenis yaitu batik klasik dengan motif pakem, batik cap dan juga batik kombinasi.
Perkembangan industri batik ini terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun dengan munculnya berbagai jenis inovasi. Batik mulai banyak tumbuh dan berkembang sejak tahun 1850 ketika seorang pengusaha batik memperkenalkan bagaimana metode membuat batik Surakarta di Kampung batik kauman. Metode baru yang dikenalkan ini menggunakan cap dari garis tembaga.
Dengan menggunakan alat tersebut maka para pengrajin akan dapat membuat batik dalam jumlah yang banyak namun membutuhkan tenaga yang sedikit. Kemudian setelah itu kerajinan membatik ini menjadi tumpuan kehidupan bagi masyarakat Kauman sejak tahun 1800-an sampai dengan 1950-an yang bahkan banyak digunakan untuk acara pernikahan.
Selain untuk acara formal, anda juga akan dapat menemukan batik kasaran dengan harga yang jauh lebih murah dan umumnya digunakan untuk kegiatan sehari-hari. kemudian batik semakin berkembang dan bertahan hingga saat ini dan dijadikanlah Kampung kauman sebagai kampung yang menjadi pusat industri Batik Khas Kauman.
2. Mengunjungi Keraton Surakarta
Keraton Surakarta ini merupakan keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang telah dibangun sejak tahun 1774. Keraton ini awalnya dibangun oleh Sunan Pakubuwono II yang digunakan sebagai bangunan pengganti Keraton Kartasura yang telah hancur karena adanya pertengkaran dengan Geger Pecinan yang terjadi pada tahun 1743.
Keraton Surakarta ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para Sunan dan dimanfaatkan juga untuk tempat tinggal bagi para pemimpin kerajaan yang masih menegakkan atau menjalankan tradisi Kasunanan. Bagunan Keraton yang menyimpan banyak sejarah ini merupakan salah satu bentuk peninggalan dari kerajaan islam Mataram.
Lokasi dari kerajaan ini berada di kota Surakarta, Jawa Tengah dan saat ini telah diubah menjadi Cagar Budaya Keraton Kasunanan Surakarta hadiningrat yang dapat dikunjungi oleh siapapun. Di dalam keraton, anda akan menemukan beberapa kompleks yang diantaranya terdapat satu komplek Privasi yang dihuni oleh Raja Pakubuwono yang tidak boleh dikunjungi.
Ketika datang ke Keraton ini, pengunjung juga dapat melihat Museum yang berada di dalam kawasan keraton di Kampung batik kauman. Di dalam museum tersebut, anda akan dapat menemukan berbagai jenis peninggalan kerajaan seperti kereta kencana, tandu, senjata kuno dan juga pattung. Selain itu, anda juga dapat menemukan beberapa koleksi sejarah lainnya.
Ketika datang berkunjung ke Keraton pada hari tertentu, anda akan dapat menyaksikan berbagai jenis tradisi sakral yang masih dijalankan hingga saat ini. Beberapa jenis kegiatan yang akan anda temukan adalah Grebeg, Sekaten, dan juga Upacara Satu Suro. Kegiatan tersebut akan rutin diadakan sesuai dengan tanggal yang biasanya ditentukan.
Ketika hendak mengunjungi kawasan Keraton ini, anda perlu memperhatikan terkait dengan jam kunjung yang diterapkan. Ketika anda datang berkunjung pada hari sabtu dan minggu, lokasi ini dibuka sejak pukul 09.00-16.00 WIB. Sedangkan ketika memasuki hari Senin-Kamis waktu buka Keraton mulai dari 09.00-14.00 WIB. Tempat ini tidak bisa anda kunjungi setiap saat.
Karena ketika memasuki hari Jum’at, maka Keraton ini akan ditutup dan tidak menerima wisatawan. Untuk bisa melihat isi dari Keraton, anda perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.000 per orang dan jika menyewa pemandu maka harganya naik menjadi Rp 70.000. dengan menyewa pemandu maka anda akan mendapatkan banyak informasi sejarah.
3. Mengunjungi Masjid Agung Keraton Surakarta

Masjid Agung Keraton Surakarta atau yang dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan suatu bangunan tempat beribadah milik kerajaan Surakarta Hadiningrat yang memimpin di Surakarta pada masa sebelum kemerdekaan. Bangunan ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah namun juga pusat syiar Islam bagi kerajaan.
Bangunan tempat ibadah ini dibangun oleh Raja Sunan Pakubuwono III pada tahun 1763 dan diresmikan pada 1768 sesuai dengan yang tertulis dalam prasasti yang bisa ditemukan di dinding bagian luar dari ruang utama masjid. Masjid ini dikategorikan sebagai Masjid Jami’ atau agung dan dijadikan sebagai pusat ibadah sholat Jum’at dan juga Sholat Ied.
Karena masjid ini masih menjadi bagian dari milik kerajaan, sehingga masjid ini kerap kali digunakan sebagai lokasi untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan dan kebudayaan masyarakat Surakarta seperti Grebeg, Sekaten dan juga Maulid Nabi. Dalam beberapa tulisan dikatakan bahwa masjid ini berada dibawah kepemimpinan raja dan menjadi lokasi pelaksanaan kegiatannya.
Semua para pegawai masjid diangkat sebagai abdi keraton dan diberikan gelar sebagai Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsir Anom dan Lurah Muadzin. Masjid Agung yang berada di kawasan Surakarta ini menempati area seluas 19.180 meter persegi dengan area sekitarnya dikelilingi oleh pagar yang tingginya mencapai 3, 25 meter.
Bangunan Masjid Agung Keraton Surakarta yang berada di kawasan Kampung Batik Kauman ini merupakan bangunan dengan arsitektur bergaya Tajug dengan 3 atap tumpang tindih dan puncaknya mahkota atau mustika. Selain itu, di dalam kompleks Masjid ini juga tetap menjunjung arsitektur tradisional Jawa disekitarnya dengan dilengkapi maksura.
Kampung Batik Kauman merupakan kampung yang awalnya hanya sebuah pemukiman namun telah berkembang menjadi kawasan industri. Anda bisa menemukan berbagai jenis motif batik khas Kauman ketika berkunjung ke Kawasan wisata ini. Tidak hanya itu, setelah berkunjung ke kawasan batik, anda bisa pergi ke keraton Surakarta dan Masjid Agung.