Harga Tiket: Gratis, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Jl. KH. Ali Maksum, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta; Map: Cek Lokasi |
Yogyakarta terkenal sebagai daerah yang kaya akan budaya dan tetap menjaga tradisi. Tidak heran jika di sana banyak ditemukan bangunan tua peninggalan sejarah yang masih berdiri dengan kokoh. Sebab para raja atau sultan terdahulu memang banyak mendirikan berbagai bangunan yang kini menjadi saksi bisu setiap aktivitas dari beberapa abad silam.
Sehingga deretan bangunan bersejarah tersebut sekarang menjadi objek wisata yang menarik bagi para pelancong. Salah satunya yaitu Panggung Krapyak, yang merupakan situs peninggalan Kerajaan Mataram. Bangunan berbentuk ruangan menyerupai kubus ini sudah berusia lebih dari 260 tahun, hampir menyamai usia Kota Jogja. Jadi wajib anda kunjungi ketika tengah berjalan jalan di Yogyakarta.
➤ Paket Wisata Jelajah Dieng, Wonosobo (Start Jogja)
Sejarah Singkat Panggung Krapyak

Bangunan berbentuk kotak dengan tinggi sekitar 10 m dan luas 17,6 m x 15 m ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram, yang dibangun sekitar tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono. Dan pada masa Kesultanan Mataram, panggung tersebut digunakan oleh para raja sebagai tempat pengintaian untuk berburu binatang.
Sebelum bangunan berdiri, dulunya wilayah Krapyak yang sekarang berada di selatan Kraton Yogyakarta tersebut memang adalah hutan yang lebat. Di sana terdapat beragam jenis hewan liar yang tinggal. Salah satunya yaitu rusa, yang dalam bahasa Jawa disebut dengan nama menjangan. Itulah kenapa Panggung Krapyak mempunyai nama lain Kandang Menjangan.
Dan wilayah tersebut banyak digunakan sebagai tempat berburu oleh raja raja Mataram. Seperti Raden Mas Jolang, raja kedua Kerajaan Mataram Islam yang bergelar Prabu Hanyokrowati. Putra dari Panembahan Senopati ini memanfaatkan Hutan Krapyak sebagai tempatnya berburu hewan liar.
Sayangnya Prabu Hanyokrowati mengalami kecelakaan dalam perburuannya di tahun 1613, dan mengakibatkannya meninggal dunia. Beliau kemudian diberi gelar panembahan seda Krapyak yang berarti raja yang meninggal di Hutan Krapyak, dan dimakamkan di Kotagede. Hal tersebut membuktikan bahwa wilayah Krapyak tersebut memang sudah lama dijadikan sebagai tempat berburu.
Lebih dari 140 tahun setelah wafatnya Prabu Hanyokrowati, Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) juga gemar berburu di Hutan Krapyak. Beliau kemudian mendirikan Panggung Krapyak ini yang dijadikan sebagai tempat pengintaian untuk berburu. Panggung berbentuk persegi tersebut mempunyai dinding yang terbuat dari bata merah dengan lapisan semen cor.
Kini, bagian dinding yang terbuat dari bata merah tersebut sudah tampak berwarna hitam, menunjukkan usianya yang hampir menyamai usia Kota Jogja. Akan tetapi, bangunan masih tampak kokoh berdiri meskipun beberapa bagian telah mengalami kerusakan akibat gempa pada tahun 2006 silam.
Setelah gempa terjadi, cagar budaya tersebut memang sempat dipugar. Langkah ini tentu sangat tepat karena Panggung Krapyak merupakan bagian dari warisan budaya yang patut dilestarikan sebagai bukti sejarah. Hingga sekarang, bangunan Krapyak pun berdiri dan acap kali dikunjungi oleh para wisatawan.
Daya Tarik Panggung Krapyak

1. Arsitektur Bangunan Kuno
Sudah berumur lebih dari 2,5 abad, tidak heran apabila Kandang Menjangan ini mempunyai arsitektur bangunan kuno. Arsitekturnya bangunannya bahkan terlihat cukup unik, dimana setiap sisinya mempunyai dua buah jendela dan sebuah pintu. Pintu dan jendela tersebut hanya berupa lubang tanpa penutup.
Dan pada bagian atas pintu dan jendela berbentuk melengkung, sementara bagian bawahnya berbentuk persegi. Jika diperhatikan seperti rancangan pintu dan jendela yang umum ditemui di masjid masjid. Yang mana terdapat dua lantai di dalam bangunan, dengan lantai pertama yang mempunyai 4 ruang serta lorong pendek untuk menghubungkan pintu dari setiap sisi.
Anda bisa melihat sebuah lubang yang cukup lebar ketika menuju salah satu ruang di bagian tenggara dan barat daya bangunan. Dari lubang itulah para raja yang hendak berburu menuju ke lantai dua, karena lantai dua bangunan berfungsi sebagai tempat berburu. Dulu terdapat sebuah tangga kayu yang membantu raja untuk naik. Tapi kini tangga kayu tersebut tidak dapat dijumpai lagi.
➤ Paket Wisata 1 Hari Jogja (Tumpeng Menoreh, Kebun Teh Nglinggo & Lainnya)
2. Sumbu Filosofi Yogyakarta
Sultan Hamengkubuwono I merancang pembangunan Yogyakarta dengan landasan filosofi yang sangat tinggi. Keraton Yogyakarta dijadikan sebagai titik pusat dari kota yang membentang dari arah utara ke selatan ini. Selain itu, Sultan juga mendirikan Panggung Krapyak di sisi selatan dan Tugu Golong-gilig atau Pal Putih di sisi utara keraton.
Apabila garis lurus ditarik dari ketiga titik tersebut, maka akan membentuk sumbu imajiner yang dikenal sebagai sumbu filosofi Yogyakarta. Secara filosofis, garis imajiner ini dijadikan sebagai lambang keseimbangan dan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam.
3. Bagian dari World Heritage
Panggung Krapyak termasuk sebagai world heritage yang wajib dilestarikan. Bagaimana tidak, bangunan berbentuk persegi ini merupakan bukti sejarah dan saksi bisu berbagai peristiwa yang pernah terjadi di Yogyakarta. Melihat bahwa usianya bahkan hampir menyamai usia dari Kota Yogyakarta sendiri. Tidak heran jika sampai sekarang tempat ini hadir sebagai objek wisata yang layak dikunjungi.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi

Alamat Panggung Krapyak berada di Jalan KH. Ali Maksum, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Yogyakarta. Lokasi ini berjarak sekitar 3 kilometer dari Keraton Yogyakarta. Anda bisa menuju ke arah selatan alun alun untuk menemukan lokasi bangunan berbentuk menyerupai kubus tersebut.
Dari Plengkung Gading, anda dapat menyusuri Jalan D.I Panjaitan dan menuju ke selatan. Nantinya anda akan menemukan bangunan Krapyak berdiri gagah di tengah perempatan. Karena berada di tengah jalan raya, pastikan anda memperhatikan arus lalu lintas di sekitar lokasi. Jika masih bingung, bangunan ini berada di selatan Komplek Pondok Pesantren Krapyak.
Harga Tiket dan Jam Operasional
Bangunan cagar budaya ini sekarang tidak memiliki akses masuk untuk wisatawan. Pemerintah telah memberi batasan akses kepada pengunjung dengan mengunci dan menghadirkan jerjak besi. Oleh karena itu, Panggung Krapyak lebih seperti monumen. Sehingga tidak ada jam operasional maupun tiket masuk apabila ingin melihat lihat sisi luarnya.
Anda bisa datang kapan saja saat waktu sedang luas untuk menikmati arsitektur bangunan yang unik dan nuansa kunonya yang begitu kental. Akan tetapi, biasanya waktu terbaik untuk berkunjung adalah antara pagi sampai sore yakni ketika hari masih terang. Karena banyak yang menilai bahwa suasana malam hari di sini cukup angker, mengingat bahwa bangunannya sudah berabad abad.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan di Panggung Krapyak

1. Berburu Foto
Salah satu aktivitas menarik yang tidak boleh ketinggalan ketika mengunjungi cagar budaya di Yogyakarta ini adalah berburu foto. Bahkan hampir semua wisatawan yang datang untuk melihat lihat Panggung Krapyak, selalu menyempatkan diri untuk mengabadikan momen di sana. Dengan bangunannya yang memiliki arsitektur kuno, anda bisa mengambil foto bergaya vintage di sini.
Bahkan tidak jarang ada orang yang datang untuk melakukan pemotretan sampai foto pre-wedding dengan latar belakang panggung tersebut. Karena bangunan bernuansa kuno dan bersejarah yang mampu diciptakan dari bangunan ini memang begitu kuat. Sehingga foto ciamik dengan gaya vintage bisa diperoleh secara mudah.
2. Festival Panggung Krapyak
Apabila datang di waktu yang tepat, anda bisa menemukan Festival Panggung Krapyak. Bisa dibilang bahwa festival yang melibatkan cagar budaya ini cukup sering dilakukan oleh masyarakat setempat. Seperti pada tahun 2018 lalu, festival dilangsungkan bersamaan dengan Festival Santri.
Selama festival, anda bisa menemukan panggung hiburan dan dakwah dengan bangunan kuno tersebut sebagai latar serta ikonnya. Festival memang sengaja diselenggarakan supaya dapat menjadi kekuatan daya tarik wisata, terutama wisata religi. Dan masih banyak lagi acara seru yang dapat disaksikan di sana.
3. Jalan Jalan di Malioboro
Jalan Malioboro merupakan bagian dari garis imajiner yang menghubungkan antara Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu Yogyakarta, Pantai Parangtritis, dan Gunung Merapi. Sehingga anda tidak boleh melewatkan eksplorasi jalan sepanjang 2,5 kilometer yang membentang dari tugu hingga kantor pos tersebut.
Bahkan jalan yang sempat menjadi pusat berkumpulnya para seniman ini terlihat tidak pernah sepi setiap harinya. Karena di sana juga terdapat kawasan wisata belanja yang dapat dinikmati oleh para pelancong. Mulai dari rumah makan, pertokoan, sampai pedagang kaki lima bisa ditemukan dengan mudah.
Fasilitas yang Tersedia di Kawasan Wisata

Meski menjadi cagar budaya yang terkenal di kalangan wisatawan, Panggung Krapyak sayangnya tidak menyediakan fasilitas seperti halnya tempat wisata pada umumnya. Karena memang bangunan ini sudah dikunci dan tidak diberikan akses masuk bagi para pengunjung. Sehingga anda hanya dapat mengagumi keindahannya dari luar bangunan.
Letaknya yang berada di jalan umum juga membuatnya bahkan tidak memiliki lahan parkir untuk memarkirkan kendaraan. Jadi apabila anda datang ke sini dengan membawa kendaraan sendiri, maka solusinya adalah dengan mengunjungi warung atau tempat makan yang ada di sepanjang jalan kemudian jalan kaki menuju lokasi.
Meskipun hanya dapat dilihat dari luar bangunan, nyatanya banyak keseruan yang bisa diperoleh ketika berkunjung ke Panggung Krapyak. Karena bangunan cagar budaya ini adalah bukti sejarah dan saksi bisu atas berbagai peristiwa yang terjadi di Yogyakarta. Terlebih bangunannya sendiri memiliki arsitektur yang unik untuk dijadikan sebagai latar belakang foto.